Header Ads

“PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK BANGSA”


Oleh : Dorkas Danga Lila, S. Pd
SD NEGERI RAPAMANU


Pengalaman mengikuti pelatihan oleh STIE Wira Wacana bagi pengawas SD dan kepala sekolah se-kecamatan Kota Waingapu dan Kambera pada 30 Juli - 6 Agustus 2015 memberikan pemahaman lebih bagi penulis dalam menjalankan tugas sebagai guru.
Pelatihan kepemimpinan transformasional yang dijalankan melalui pelatihan dan diskusi itu membawa dampak yang sangat membahagiakan baik untuk pribadi pengawas-pengawas dan kepala sekolah, sampai- sampai ada air mata penyesalan oleh karena pelatihan tranformasional datang ketika usia para pengawa dan guru sudah beranjak senja.
Mengapa demikian? Sekian lama, kepala sekolah dan guru hanya mengangap perannya hanya sebagai sekrup-sekrup dari suatu mesin yang bergerak. Segala sesuatu dijalankan berdasarkan petunjuk pelaksanaan dan teknis yang baku dan semata untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh atasan. Sebenarnya, ini adalah model sekolah yang tidak menaruh perhatian pada hubungan sosial dan manusia diantara kepala sekolah, guru dan siswa. Sebab yang lebih dipentingkan sekolah adalah mencapai target dan menghasilkan output sesuai standar.
Undang-undang No 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Di sini, kita dapat melihat secara jelas bahwa Pendidikan Nasional Indonesia menekankan pengembangan karakter, seperti beriman, bertakwa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab sebagai tujuannya. Namun, prakteknya pendidikan fotmal di sekolah-sekolah di Indonesia sekarang ini yang mencakup suasana, proses, substansi dan penilaian hasil pembelajaran yang belum menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan pendidikan yang berdimensi karakter tersebut.
Oleh karena itu adalah suatu hal yang sangat mendesak untuk menegakkan kembali pendidikan berkarakter bagi masyarakat luas, termasuk pendidikan karakter disekolah.  Pendidikan yang berorientasi pembangunan karakter sangat diperlukan dalam rangka mengembangkan dan menguatkan sifat mulia kemanusiaan agar manusia yang mengaku sebagai makhluk tertinggi di muka bumi ini tidak terpeleset menjadi makhluk yang tidak manusiawi.
Karena kejadian yang kita saksikan di sekitar kita maupn yang kita saksikan di media masa, orang-orang dengan kompetensi yang tinggi tanpa disertai karakter yang baik dapat menjadi sumber masalah bagi lingkunganya. Kompetensi memang membuat seseorang bisa melakukan tugasnya dengan baik, namun karakterlah yang membuatnya bertekad mencapai yang terbaik dan selalu ingin lebih baik.
Pada abad ke-21, Revolusi Kebudayaan Cina yang diprakarsai Mao Zedong (berlangsung dari tahun 1966-1976) praktis melumpuhkan perekonomian dan pendidikan Cina. Lalu bawah kepiemimpinan Deng Xiao Ping, RRC berusaha keluar dari kehancuran yang diwariskan Revolusi Kebudayaan. Salah satu tindakan bersejarah yang dilakukan Deng Xiao Ping adalah meletakan dasar pembangunan ekonomi baru China dengan melakukan reformasi pendidikan.
Tema utama reformasi pendidikan Cina adalah pendidikan karakter, dengan tujuan utama menjadiakan setiap warga Cina menjadi seorang yang berkarakter kuat dan menumbuhakan warga masyarakat yang lebih konstruktif”.  Lebih dari itu, dua ribu tahun yang lalu Cicero, seorang filsuf dan negarwan Yunani menyatakan bahwa kesejahteraan suatu bangsa ditentukan oleh karakter warga negaranya. Sementara Toynbec, sejarahwan Inggris menyatakan bahwa sembilan belas dari dua puluh satu peradaban besar dimuka bumi ini hancur bukan karena penaklukan dari luar melainkan pelapukan moral dari dalam.
Pernyataan dari orang-orang hebat di atas jelas menekankan karakter sebagai sebuah nilai yang dapat membawa kesejahteraan dan kedamaian. Pentingnya pembangunan karakter bagi kemajuan bangsa Indonesia bukanlah wacana baru. Presiden Soekarno telah menyatakan hal ini degan sangat jelas dalam pidato kenegaraannya pada tanggal 17 agustus 1962. Bagi kita yang hidup di zaman serba modern ini adalah mewujudkan Pancasila menjadi sikap dan perilaku nyata semua warga negara Indonesia dalam kehidupan sehari-hari yang juga berarti an mencegahnya dari hanya menjadi pengetahuan wacana dan slogan.
Karakter bersifat memancar dari dalam keluar (inside-out) artinya kebiasaan baik tersebut dilakukan bukan atas permintaan atau tekanan dari orang lain, melainkan atas kesadaran dan kemajuan sendiri. Dengan kata lain, karakter adalah apa yang kitaa lakukan ketika tak seorangpun melihat atau memperhatikan kita.
Tidak ada yang dirasakan terlalu berat oleh guru yang memandang dan merasakan profesi guru sebagai panggilan hati. Orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan suatu tugas cenderung akan lebih ulet, gigih, berdedikasi dan mengerjakan tugas-tugasnya dengan ikhlas dan senang hati. Pada akhirnya, tidak ada bangsa yang maju, sejahtera, dan bermartabat tanpa pendidikan yang baik. Dan tidak ada pendidikan yang baik tanpa guru yang baik.

Sumber: arsip Media Pendidikan Cakrawala NTT

Tidak ada komentar