Header Ads

MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA TERHADAP TEKS NARRATIVE


Lorius Dore Gega, S.Pd

Guru SMA Negeri1 Larantuka

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa lambang, bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Goris Keraf, Komposisi Bahasa Indonesia). Sebagai alat komunikasi, bahasa menempati tempat utama dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak akan berkembang dalam memahami dan memaknai kehidupan ini.
Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa internasional, menempati urutan teratas dalam penggunaannya. Di tengah arus globalisasi, yang ditandai dengan adanya kemudahan akses informasi, komunikasi dan transportasi, dan menjadikan sekat-sekat atau batas-batas negara menjadi tak berarti, maka pelajaran bahasa Inggris menjadi sangat urgen untuk ditumbuh-kembangkan. Negara Indonesia yang secara khusus menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), mau tidak mau harus membudayakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam mempelajari bahasa Inggris, seorang siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa yakni: mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing). Selain keempat keterampilan tersebut di atas, seorang siswa juga dituntut untuk memperbanyak kosakata dan tata bahasa sebagai modal penguasaan bahasa Inggris secara baik dan benar. Hal ini tentunya ditunjang dengan adanya niat, mempelajari ekspresi dan keberanian untuk berlatih. Berlatih merupakan modal utama untuk maju. Hal ini selaras dengan pendapat Dr. Vernon A. Magnesen yang dikutip oleh Hadi Sutrio dalam buku Kamu Bisa Jadi Ilmuwan tentang Prosentase Siswa dalam Belajar. Menurutnya, jika dalam belajar, siswa lebih mementingkan kegiatan membaca, maka pengetahuan yang diperolehnya hanya 10%. Jika ia membaca dan mendengar penjelasan dengan baik, maka pengetahuan yang diperoleh 20%. Jika siswa membaca, mendengar dan melihat contoh atau gambar, maka pengetahuan yang diperoleh 50%. Jika metode pembelajaran siswa dilakukannya dengan praktek di kelas, maka pengetahuan yang didapat 70%. Jika siswa mempraktekan apa yang dipelajari dalam kehidupan harian, maka pengetahuan yang didapat adalah 90% (Sutrio Hadi, 2010). Dari pendapat Vernon ini dapat disimpulkan bahwa perpaduan antara pengetahuan yang diperoleh dengan kegiatan mempraktekannya dalam hidup harian,  memperoleh prosentase yang paling tinggi. Dan demikianlah yang diharapkan, bahwa pengetahuan yang banyak dan mengejawantahkan dalam praktek hidup merupakan harapan dari semua orang.
Dalam pembahasan, selanjutnya penulis memusatkan perhatiannya pada keterampilan yang ketiga yaitu membaca (reading). Penulis menyadari bahwa dalam pembelajaran bahasa Inggris, terutama materi teks narrative, kompetensi membaca siswa, sangat lamban atau kurang cepat dalam memahami isi teks tersebut. Padahal, teks narrative merupakan teks tertua dan selalu ada di sekitar kita. Sebut saja, ketika masih kecil seorang anak selalu dinina-bobokan dengan cerita dongeng yang mengantar dia pada khayalan dan atau imajinasi yang tinggi; pada film–film yang ditayangkan di televisi banyak menceritakan teks narrative; dan bahkan teks narrative ini banyak dikisahkan dalam lagu–lagu daerah Flores Timur.
Dari gambaran ini terlihat bahwa teks narrative ini selalu ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yang idealnya memampukan siswa dalam pembelajaran teks narrative. Kenyataan berbeda ditemui dalam pembelajaran di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Larantuka. Motivasi siswa kelas XI IPS 3 di sekolah tersebut dalam mempelajari teks narrative, terutama pada kompetensi membaca, masih sangat rendah. Yang terjadi, terkadang siswa (malah) menunjukan sikap acuh–tak acuh, malas dan tidak ada konsentrasi dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan seluruh proses pembelajaran menjadi kering dan tidak menyenangkan.
Berdasarkan refleksi, penulis kemudian bertanya, apakah metode yang digunakan dalam mempelajari teks narrative belum tepat? Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan motivasi siswa dalam belajar teks narrative menjadi rendah? Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar teks narrative? Pertanyaan-pertanyaan ini selalu menggugah untuk dicari jalan keluarnya. Dalam pembelajaran selanjutnya, guru kemudian mencoba mengubah metode pembelajaran yang selama itu digunakan yaitu metode membaca regular. Guru mengganti metode tersebut dengan metode skimming. Dengan memilih metode skimming siswa diharapkan lebih bersemangat dalam pembelajaran. Pada akhirnya, metode ini terasa lebih baik dan lebih mudah membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan membaca, sebab selain tidak memakan waktu yang lama dalam memahami teks, siswa juga menjadi lebih termotivasi dalam pembelajaran. Selain itu, guru lebih banyak memberikan motivasi dalam mempelajari teks narrative; bahwa teks narrative selalu ada di sekitar kita; dan bahwa dalam kehidupan yang penuh dengan kompetisi ini siswa harus lebih banyak membekali diri dengan segudang ilmu, termasuk  di dalamnya ilmu bahasa Inggris.
Akhirnya, penulis menyimpulkan bahwa mempelajari teks narrative itu sangat menyenangkan. Memahami isi teks narrative itu mudah. Oleh karena itu, siswa harus mempunyai niat dan mau meluangkan waktu untuk belajar tekun serta mempunyai motivasi yang tinggi dalam pembelajaran teks narrative, bahwa teks narrative banyak ditemui dalam kehidupan harian. Tentu hal ini  akan sangat membantu siswa dalam pembelajaran di kelas tentang teks narrative. Kiranya dengan semangat membaca teks narrative dan memahaminya dengan baik, siswa mendapatkan suatu modal untuk menggapai masa depan yang lebih baik. (*)

Sumber: arsip Media Pendidikan Cakrawala NTT

Tidak ada komentar