PENTINGNYA MOTIVASI EKSTRINSIK TERHADAP HASIL PRAKTIK PENJAS
ABIHUD PADALANG, S. Pd
(Guru SMP Negeri Satap
Kafakbeka)
Pendidikan
jasmani adalah suatu proses melalui aktivitas jasmani, yang dirancang dan
disusun secara sistematik, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan,
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan
watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. (Aip Syarifuddin dan Muhadi 1991 : 4).
Rumusan
pengertian pendidikan jasmani yang berlaku antara tahun 1950-1966, berbunyi: pendidikan
jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas
manusia berupa sikap, tindak dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah untuk
kebulatan kepribadian manusia dengan cita-cita kemanusiaan".
Berdasarkan
pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu
proses pendidikan yang dilakukan seseorang secara sadar melalui aktivitas dalam
usaha mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan merupakan keharusan bagi
manusia, terutama anak-anak
yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan secara mandiri, yaitu mampu
bertanggung jawab atas tingkah laku dan perbuatan sendiri, baik terhadap diri
sendiri, masyarakat maupun terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya dalam
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan nasional dikatakan: "untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, berkepribadian mandiri, maju, cerdas,
tangguh, kreatif, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab,
produktif serta sehat jasmani dan rohani."
Dari tujuan tersebut
di atas, maka pendidikan menjadi sangat penting untuk membimbing dan
mengarahkan siswa menjadi manusia yang memiliki kecakapan-kecakapan yang
diperlukan untuk pembangunan nasional dan mempunyai kesadaran untuk mengabdi
kepada nusa dan bangsa. Dengan demikian salah satu hal yang perlu diperhatikan
dalam peningkatan mutu pendidikan adalah proses belajar mengajar. Kegiatan
belajar mengajar yang dimaksud di sini adalah kegiatan belajar mengajar dalam
konteks pendidikan di sekolah.
Kegiatan belajar
mengajar merupakan suatu proses yang dilakukan di sekolah dengan tujuan untuk
memperoleh perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan dari siswa yang
meliputi aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dalam keseluruhan proses
pendidikan yang berlangsung di sekolah, motivasi belajar merupakan kegiatan
yang paling utama. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya tujuan pendidikan
sangatlah bergantung pada bagaimana siswa dalam proses pembelajar.
Sebagai
institusi pendidikan formal yang lebih terorganisir
dan sistematis, sekolah secara ideal memiliki
peranan yang penting dalam memberdayakan kegiatan
belajar siswa. Salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
belajar adalah motivasi. Dalam proses belajar-mengajar motivasi sangat diperlukan,
sebab seorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar tidak mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi
belajar erat sekali berhubungan
dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan belajar di ruangan atau
lapangan. Motivasi juga sebagai
suatu pendorong yang membuat seseorang untuk menjadi lebih aktif dalam belajar. Motivasi belajar yang
dimaksudkan oleh penulis dalam tulisan ini adalah motivasi esktrinsik dalam
pembelajaran penjas.
Siswa akan
mencapai tujuan dari kegiatan pembelajaran penjas apabila memiliki motivasi
yang kuat di dalamnya.
E. P. Hutabarat (1995 : 25) mengatakan bahwa:
"keras atau tidaknya
usaha belajar yang dilakukan seseorang bergantung pada besar tidaknya motivasi
itu sendiri”.
Pada
kenyataannya,
ada di antara siswa yang kurang memiliki
motivasi
untuk melakukan kegiatan belajar atau kurang terlibat secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran di kelas atau di lapangan. Misalnya, dari tiga puluhan siswa yang sedang mengikuti pelajaran,
hanya lima atau enam orang saja yang aktif.
Oleh karena itu siswa harus diberi motivasi dengan cara
mendorongnya dari luar.
Pada umumnya siswa/siswi SMP Negeri
Satap Kafakbeka kelas VIII,
terutama siswi selalu takut dan bimbang dalam praktik mata pelajaran penjas.
Dalam pembelajaran penjas, ketika guru menyampaikan materi pokok yang akan
dipraktikan,
terutama senam lantai,
siswi-siswi kelas VIII selalu memiliki perasaan takut. Pada akhirnya, kebanyakan siswi-siswi harus diberi motivasi
atau dorongan, agar mereka
dapat melakukannya.
Dari uraian tersebut di atas dan berdasarkan kenyataan yang ada,
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh besar antara motivasi ekstrinsik dengan hasil
praktik penjas bagi siswa Kelas VIII SMP Negeri Satap Kafakbeka. Pada
akhirnya, setiap guru penjas
harus memberi dan meningkatkan motivasi ekstrinsik kepada siswa agar ke depannya
prestasi belajar penjas bagi siswa menjadi lebih baik lagi. (*)
Sumber: arsip Media Pendidikan Cakrawala NTT
Post a Comment