Header Ads

MENDENGAR DAN MENIRU UCAPAN BAHASA INGGRIS NATIVE SPEAKER BAGI SISWA KELAS XI BAHASA PADA SMA NEGERI I LARANTUKA KAB. FLORES TIMUR


Yohanes Narahama Hayon, S. Pd

Guru SMA Negeri 1 Larantuka

Membangun motivasi siswa dalam belajar baik secara mandiri maupun berkelompok pada mata pelajaran Bahasa Inggris butuh kesabaran, perhatian, dan kepedulian.  Dalam hal  mendengar dan meniru bunyi penutur asli misalnya, guru perlu strategi yang ampuh. Guru harus punya cara membangun karakter siswa dalam pembelajaran saling mendengar, menghormati,  menghargai pendapat atau meniru bunyi bahasa orang lain. Mendengar dan meniru bunyi ucapan Bahasa Inggris dari penutur asli (native speaker) dapat menumbuhkan daya ingat  seseorang yang belajar bahasa orang. Who has mastered more language (more English words) and followed the sound, he is cleverer. Siapa yang lebih banyak menguasai bahasa (kata-kata bahasa Inggris) dan meniru ucapan, dialah yang lebih cerdas.
Kecerdasan dan kemahiran menguasai suatu bahasa tergantung seberapa banyak dan bagaimana kemampuan siswa mendengar dan meniru ucapan penutur asli. Mendengar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesian berarti dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga.  Sedangkan kata meniru berarti melakukan sesuatu seperti yang diperbuat orang lain. Dari definisi ini penulis berpendapat bahwa memahami dan menguasai kemahiran bahasa Inggris  butuh pendengaran dan peniruan ucapan bunyi yang tepat agar dapat dimengerti oleh pendengar. Jadi mendengar dan meniru ucapan Bahasa Inggris berarti mendengar bunyi ucapan kata-kata dengan sungguh-sungguh seperti yang diperbuat orang penutur asli.
Psikolog Yahudi, Victor Frankl mengatakan bahwa seseorang akan memiliki semangat hidup kalau orang itu mengerti makna dari apa yang dia lakukan. Makna yang ditemukan dan disadari itu menjadi mesin penggerak hidupnya. Selanjutnya, Johanes Muller dalam buku Pendidikan Kegelisahan Sepanjang Zaman, 2001, mengatakan pendidikan menuntut minat, prakarsa dan banyak jeri payah. Hak atas pendidikan mengandung kewajiban untuk belajar berdasarkan tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun terhadap peserta didik.
Dari pendapat di atas, saya sebagai guru Bahasa Inggris merasa penting berinovasi menyediakan media pada pre reading activity dan while reading activity dengan menyediakan kartu permainan vocabulary synonym-antonym serta kaset CD dialog native speaker bagi siswa.
Berdasarkan pengalaman saya mengajar siswa kelas XI Bahasa pada SMA Negeri I Larantuka tahun ajaran 2015/2016,  saya menemukan sering siswa salah membaca (dibaca lurus) kata  Bahasa Inggris misalnya; ‘why’ diucap ‘ wi’ , because diucap ‘bikaos’, my menjadi  ‘mi’, work diucap  ‘wok’. Untuk menghindari kesalahan ucapan tersebut, selain guru sebagai model ucapan yang benar, siswa juga diminta mendengar dengan teliti ucapan penutur asli dan meniru kembali hingga mahir. Selain itu, siswa juga harus diajak untuk mendengar dan meniru lagu-lagu Bahasa Inggris dari kaset.
Menjadi  pendengar yang baik tidak cukup hanya menangkap kata yang diucapkan, tetapi juga harus mampu mengartikan mimik, bahasa tubuh dan kata yang terucap. Untuk itu dibutuhkan sikap rendah hati dan menghargai lawan bicara. Keberhasilan meniru ucapan akan tercapai kalau kita menjadi pendengar yang bai, karena pendengaran yang kurang cermat bisa mengakibatkan salah pengertian.
Permasalahan yang saya hadapi di atas membuat saya berpikir keras lalu merancang metode role play dengan tiga langkah kegiatan. Pertama, mengelompokan siswa ke dalam tiga kelompok, masing-masing 10 orang. Siswa disuruh berbaris lalu guru berbisik satu kalimat pada orang pertama. Selanjutnya, kalimat itu diterusakn sampai pada orang terakhir yang bertugas menulis  kalimat tersebut. Ketiga orang perwakilan kelompok mampu menulis kalimat tersebut. Lalu siswa disuruh membaca tulisan tersebut dan bila ada kesalahan, guru memperbaikinya lalu meminta mereka mengulangnya.
Kedua, pada pertemuan berikut, guru menulis kata atau kalimat pada sepotong kertas (kartu) lalu disimpan dalam kotak. Siswa diminta mengambil salah satu kartu dan membacanya. Bila ada kesalahan, guru memperbaiki dan menyuruh siswa mengulanginya.
Ketiga, sebelum pelajaran percakapan atau kegiatan membaca, guru menggunakan  waktu 20 menit memutar CD penutur asli baik dialog maupun teks monolog singkat, terutama ujian listening UN, lalu meminta siswa mendengarkan. Selanjutnya, sekitar 45 menit digunakan untuk membaca dengan meniru ucapan  penutur asli. Berdasarkan pengalaman penulis, sekitar 80%  siswa kelas XI Bahasa dapat membaca dan berdialog secara benar setelah mendengar penutur asli.
Dengan ketekunan mendengar ucapan penutur asli ternyata dapat mendukung  aktivitas membaca yang benar. Saya yakin, kebiasaan terus menerus mendengar ucapan penutur asli  selama pelajaran Bahasa Inggris,  siswa mampu berbahasa Inggris secara baik. Dari ulasan di atas, saya memahami bahwa guru kreatif adalah guru yang dapat memodifikasi bahan ajar kedalam bentuk yang dapat dipahami siswa.(*)

Tidak ada komentar