Header Ads

PENDEKATAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Gregorius Beo, S.Pd
Guru SDI Bobawa-Golewa Selatan

Pendidikan pada saat ini menuntut sekolah untuk mampu menyiapkan lulusan di berbagai jenjang pendidikan agar memiliki kompetensi yang memadai agar bisa bersaing di era global. Untuk menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dan memiliki kualitas yang dapat menjawab tantangan globalisasi, maka pendidikan harus diwujudkan melalui proses pembelajaran yang aktif dan dinamis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara menggerakan berbagai sumber yang ada dan menempatkan siswa sebagai pusat kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses internalisasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara langsung pada diri siswa. Pendidikan diharapkan tidak hanya bersifat teoritis, melainkan harus selalu mengaitkan dengan lingkungan sekitar sehingga siswa mampu menyerap dan menerapkan pengetahuan pada kehidupan sehari-hari sehingga mampu memecahkan permasalahan yang mungkin dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SDI Bobawa terlihat bahwa proses pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru. Model pembelajaran cenderung menitikberatkan pada komunikasi satu arah. Keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas masih kurang dan pola belajar mereka cenderung menghafal. Selain itu, materi yang diberikan guru kurang dikaitkan dengan dunia nyata siswa.
Kenyataan tersebut merupakan masalah yang harus dihadapi dan dicari jalan keluar oleh guru dan pihak terkait lainnya. Untuk dapat membuat siswa tertarik dan mengerti dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya adalah dengan menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata siswa. Upaya ini dapat dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual menekankan pada aktivitas belajar siswa bukan dari menghafal atau pemberian orang lain, dalam hal ini adalah guru, melainkan mengalami sendiri. Hal ini akan membuat siswa mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari sesuai pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang pertama kali diajukan oleh seorang ahli pendidikan klasik Amerika Serikat yaitu John Dewey. Ia menyatakan bahwa kurikulum dan metode mengajar terkait dalam pengalaman dan minat siswa (Wartono, 2004:16). Pendekatan kontekstual sudah berkembang dan berhasil diterapkan di Amerika Serikat dan kemudian diterapkan di negara-negara lain termasuk Indonesia.
Berdasarkan teori pembelajaran kontekstual, belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki berupa ingatan, pengalaman dan tanggapang (Cecep, 2002:7). Perpaduan antara materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dan mendalam sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya (M. Asikin, 2004:15).
Pembelajaran kontekstual adalah pendekatan yang menekankan pada konsep belajar yang diterapkan oleh guru dengan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Dediknas, 2002: 1). Berdasarkan konsep tersebut, proses pembelajaran diharapkan lebih bermakna lagi bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung ilmiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan semata transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual didukung oleh tiga prinsip, yaitu : (1) Prinsip saling ketergantungan (principle of independence) terlihat pada saat siswa bekerjasama di dalam kelompok belajar untuk memecahkan masalah; (2) Prinsip Perbedaan (principle of differentiation) terlihat jika dalam pembelajaran para siswa saling menghormati pendapat temannya yang lain dan dapat bekerjasama menghasilkan ide dan jawaban yang berbeda; dan (3) Prinsip Pengetahuan Diri (principle of self-organization) terlihat ketika para siswa menyelidiki dan menemukan kemampuan mereka sendiri, mendapat manfaat dan motivasi dari penilaian yang sebenarnya (Depdiknas, 2001).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SDI Bobawa dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu diharapkan agar guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai salah satu cara untuk menggali dan memaksimalkan potensi siswa.(*)

Sumber: arsip Media Pendidikan Cakrawala NTT

Tidak ada komentar